Langsung ke konten utama

Eksistensi Sastra Jawa Kuna: Mengungkap Sejarah

Eksistensi Sastra Jawa Kuna: Mengungkap Sejarah
Puji Retno Hardiningtyas
Balai Bahasa Denpasar
ruwetno@yahoo.co.id



Abstrak

Sastra sebagai unsur kebudayaan, lahir-tumbuh-berkembang sesuai dinamika masyarakat yang melahirkan dan memilikinya. Dalam konteks ini, sastra memiliki matra mimesis: cerminan masyarakat. Hubungan sastra, juga budaya, antara sastra Jawa dan Bali, serta sastra Melayu merupakan akibat logis dari adanya kontak antarmanusia pendukung ketiga kebudayaan tersebut. Dari sejarah politik, kita mengenal kerajaan-kerajaan, seperti Sriwijaya, Singasari, Mataram, dan Majapahit sebagai kerajaan-kerajaan besar nusantara yang memiliki “kekuasaan” sampai di luar geografi dan kelompok etnis Jawa dan Bali. Demikian juga dari segi linguistik kita mengetahui bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca dalam dunia perdagangan nusantara pada masa kolonial. Istilah “Jawa Kuno” digunakan dalam arti seluas-luasnya tanpa mengesampingkan sastra Jawa modern. Misalnya, sastra kakawin ditulis dalam bentuk sastra Jawa Kuno diharapkan penulis-penulis baru menirunya dengan bahasa yang tradisional. Namun, hal itu tidak berjalan dengan baik sehingga muncul sastra Jawa Pertengahan dan modern bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit dan lemahnya periode Hindu-Jawa di Pulau Jawa sendiri dan di Bali membawa pengaruh pada perkembangan sastra Jawa dan sastra Bali. Bagaimana konsekuensi perubahan-perubahan itu terhadap sastra di Jawa dan di Bali? Sejak kapan hubungan sastra Jawa kuno dan sastra Bali terjadi? Adakah sastra Jawa dan Bali dipengaruhi juga sastra Melayu Nusantara? Perlu dilakukan penelitian dan penelusuran sejarah sastra Jawa Kuno dalam rangka pelestarian kebudayaan daerah.

Kata kunci: histori, sastra Jawa Kuno, dan eksistensi budaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambaran Politik, Ideologi, dan Kekerasan Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer

Gambaran Politik, Ideologi, dan Kekerasan Drama Mangir Karya Pramoedya Ananata Toer Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan gambaran politik, ideologi, dan kekerasan drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Drama politik, umumnya memainkan peranan utama dalam karya sastra, karya sastra tanpa politik seakan terasa “mentah.” Dalam bentuk yang ideal, drama politik berisi ketegangan internal, yaitu ketegangan perilaku dan perasaan seorang tokoh, di samping itu harus mengisyaratkan ideologi modern. Ideologi umumnya bersifat abstrak dalam pikiran tokoh. Konflik dan kekerasan dalam drama Mangir mampu memikat pembaca, karena drama itulah politik dan ideologi ditampilkan sekaligus dipertahankan, serta gagasan tentang keterlibatan sastra dan pengarangnya juga merupakan alegori yang ironis, yang dimaksudkan sebagai sindiran terhadap konflik antarpenguasa. The research aims to describe the illustration of politic, ideology, and strife o

Kakawin Nāgara K.rtagama sebagai Model Penulisan Sastra Sejarah Masa Keemasan Majapahit

Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Kakawin Dēśa Warņnana athawi Nāgara K.rtagama: Masa Keemasan Majapahit merupakan karya sastra sejarah gubahan Mpu Prapanca, pujangga besar di masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekitar 700 tahun yang lalu. Kakawin Nāgara K.rtagama hancur bersama runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Namun, kemungkinan ada yang sempat menyelamatkan ke Bali, disalin di Desa Kamalasana dan salinannya disimpan di Gria Pidada, Karangasem, Bali. Selain itu, salinan satunya ada di Puri Cakra Nagara, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat pasukan Belanda menyerbu Lombok tahun 1894 ditemukanlah naskah tersebut dan diberi catatan oleh C.C. Berg menjadi Nāgara K.rtagama. Sesuai dengan etimologi istilahnya, aturan-aturan pembaitan atau metrum kakawin merupakan adaptasi metrum kawya (puisi India). Para kawi ‘penyair’ (Jawa kuno) memiliki sanggit ‘kreativitas’ untuk mengembangkan kakawin sebagai tradisi. Aturan metrum tersebut berupa 1) jumlah suku kata tiap baris yang cenderung sam

Novel Roro Mendut, Centhini, dan Madam Kalinyamat: Kelokalan Jawa dalam Narasi Sejarah Versi Kaum Minoritas

Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Dalam sejarah pemikiran dan polemik kebudayaan yang panjang di masa lalu, ternyata telah begitu jauh bersinggungan dengan sisi sensitif nasionalisme dan kejatidirian kebudayaan nasional, khususnya kebudayaan Jawa.Salah satunya terwujud pada sastra yang memperlihatkan bentuk struktural dari situasi historis, yaitu novel Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, Centhini karya Sunardian Wirodono, dan Madam Kalinyamat karya Zhaenal Fanani. Dalam konteks itu, ketiga novel tersebut merupakan novel sejarah yang bersumber dari Babad Tanah Jawi (Roro Mendut), Babad Tanah Jawi dan Babad Demak (Madam Kalinyamat), dan Serat Centhini (Centhini).Konklusi harapan besar dari komitmen sejarah membuka pemahaman bagi pembaca awam sebab budayanya dapat mempertahankan kelestarian ‘seperangkat mitologi’ penuh daya pengaruh yang dapat menyusup ke dalam liku masyarakat Jawa. Unsur-unsur sejarah ditunjukkan dengan memunculkan tokoh-tokoh—yang berdasar sumber lain diakui sebagai pel