Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Eksistensi Sastra Jawa Kuna: Mengungkap Sejarah

Eksistensi Sastra Jawa Kuna: Mengungkap Sejarah Puji Retno Hardiningtyas Balai Bahasa Denpasar ruwetno@yahoo.co.id Abstrak Sastra sebagai unsur kebudayaan, lahir-tumbuh-berkembang sesuai dinamika masyarakat yang melahirkan dan memilikinya. Dalam konteks ini, sastra memiliki matra mimesis: cerminan masyarakat. Hubungan sastra, juga budaya, antara sastra Jawa dan Bali, serta sastra Melayu merupakan akibat logis dari adanya kontak antarmanusia pendukung ketiga kebudayaan tersebut. Dari sejarah politik, kita mengenal kerajaan-kerajaan, seperti Sriwijaya, Singasari, Mataram, dan Majapahit sebagai kerajaan-kerajaan besar nusantara yang memiliki “kekuasaan” sampai di luar geografi dan kelompok etnis Jawa dan Bali. Demikian juga dari segi linguistik kita mengetahui bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca dalam dunia perdagangan nusantara pada masa kolonial. Istilah “Jawa Kuno” digunakan dalam arti seluas-luasnya tanpa mengesampingkan sastra Jawa modern. Misalnya, sastra kakawin ditulis dala

Kakawin Nāgara K.rtagama sebagai Model

Kakawin Nāgara K.rtagama sebagai Model Penulisan Sastra Sejarah Masa Keemasan Majapahit Puji Retno Hardiningtyas Balai Bahasa Denpasar ruwetno@yahoo.co.id Abstrak Kakawin Dēśa Warņnana athawi Nāgara K.rtagama: Masa Keemasan Majapahit merupakan karya sastra sejarah gubahan Mpu Prapanca, pujangga besar di masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekitar 700 tahun yang lalu. Kakawin Nāgara K.rtagama hancur bersama runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Namun, kemungkinan ada yang sempat menyelamatkan ke Bali, disalin di Desa Kamalasana dan salinannya disimpan di Gria Pidada, Karangasem, Bali. Selain itu, salinan satunya ada di Puri Cakra Nagara, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat pasukan Belanda menyerbu Lombok tahun 1894 ditemukanlah naskah tersebut dan diberi catatan oleh C.C. Berg menjadi Nāgara K.rtagama. Sesuai dengan etimologi istilahnya, aturan-aturan pembaitan atau metrum kakawin merupakan adaptasi metrum kawya (puisi India). Para kawi ‘penyair’ (Jawa kuno) memiliki sanggit ‘kreati

Novel Roro Mendut, Centhini, dan Madam Kalinyamat:

Novel Roro Mendut, Centhini, dan Madam Kalinyamat: Kelokalan Jawa dalam Narasi Sejarah Versi Kaum Minoritas Puji Retno Hardiningtyas Balai Bahasa Denpasar ruwetno@yahoo.co.id Abstrak Dalam sejarah pemikiran dan polemik kebudayaan yang panjang di masa lalu, ternyata telah begitu jauh bersinggungan dengan sisi sensitif nasionalisme dan kejatidirian kebudayaan nasional, khususnya kebudayaan Jawa. Salah satunya terwujud pada sastra yang memperlihatkan bentuk struktural dari situasi historis, yaitu novel Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, Centhini karya Sunardian Wirodono, dan Madam Kalinyamat karya Zhaenal Fanani. Dalam konteks itu, ketiga novel tersebut merupakan novel sejarah yang bersumber dari Babad Tanah Jawi (Roro Mendut), Babad Tanah Jawi dan Babad Demak (Madam Kalinyamat), dan Serat Centhini (Centhini). Konklusi harapan besar dari komitmen sejarah membuka pemahaman bagi pembaca awam sebab budayanya dapat mempertahankan kelestarian ‘seperangkat mitologi’ penuh daya pengaruh yang d