Langsung ke konten utama

Peparikan dalam Puisi Jawa dan Bali

Peparikan dalam Puisi Jawa dan Bali

Sebuah Studi Komparatif
   
Puji Retno Hardiningtyas  
Balai Bahasa Denpasar  

ABSTRAK  

Hakikat sastra klasik adalah manfaat yang diberikan kepada pembaca sehingga karya sastra dianggap adiluhung apabila mempunyai manfaat kepada pembaca. Keterkaitan peparikan de-ngan situasi dan kondisi sosial masyarakat Jawa dan Bali adalah masyarakat yang menggunakan peparikan sebagai bagian dari kultur, dengan segala perubahannya. Namun, dari sejarah peparikan Jawa dan Bali dimulai pada ke-9, terbentuk proses “jawanisasi” yang sistematis. Semenjak ekspedisi Majapahit melawan Bali tahun 1343 mengakibatkan kekalahan raja Bali sehingga kerajaannya tunduk kepada Majapahit. Terbaurnya kedua aliran “Hindu-Jawa” dan “Hindu-Bali” memengaruhi lahirnya sastra Jawa Kuna. Pertengahan abad ke-14 Bali masuk ke dalam lingkup pengaruh Hindu-Jawa, seperti kebudayaan dan religi. Pusat kebudayaan dan keagamaan itu bahasa Jawa hampir pasti dituturkan dan ditulis. Karya baru yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna diciptakan, karya itu mengikuti tradisi yang sudah berlaku sebagai khas Bali. Sebagai bahan perbandingan, bagaimana karya sastra Jawa Kuna, peparikan Jawa dan Bali berkembang? 

Kata kunci: sastra Jawa Kuna, peparikan, genre puisi Jawa dan Bali, dan kontekstual


ABSTRACT  

The Essential of classical literature is a benefit given to the readers that the literary work considered valuable when it has the benefit to the readers. The relevance of Peparikan with the situation and the social conditions of the Javanese and Balinese society is the society that uses peparikan as part of the culture, with all the changes. However, from the history of Java and Bali peparikan began on the 9th century, formed systematic the "Jawanisasi". Since the expedition against Bali, Majapahit in 1343 resulted in the defeat of the king of Bali that subject to the Majapahit kingdom. The mixing of two views "Hindu-Javanese" and "Hindu-Balinese" affects the creation of Old Javanese literature. The mid-14th century, Bali entered into the field of influence of Hindu-Javanese, such as culture and religion. Cultural and religious center of the Java language is almost certainly spoken and written. New works written in Old Javanese language are created, the work followed the tradition as a typical Balinese. As a comparison, how the Old Javanese literature, Java and Bali peparikan develop?
Keywords : Old Javanese literature, Peparikan, genre of Java and Bali poetry, and contextual 


http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/jentera%20fullbook%20new.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kakawin Nāgara K.rtagama sebagai Model Penulisan Sastra Sejarah Masa Keemasan Majapahit

Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Kakawin Dēśa Warņnana athawi Nāgara K.rtagama: Masa Keemasan Majapahit merupakan karya sastra sejarah gubahan Mpu Prapanca, pujangga besar di masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekitar 700 tahun yang lalu. Kakawin Nāgara K.rtagama hancur bersama runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Namun, kemungkinan ada yang sempat menyelamatkan ke Bali, disalin di Desa Kamalasana dan salinannya disimpan di Gria Pidada, Karangasem, Bali. Selain itu, salinan satunya ada di Puri Cakra Nagara, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat pasukan Belanda menyerbu Lombok tahun 1894 ditemukanlah naskah tersebut dan diberi catatan oleh C.C. Berg menjadi Nāgara K.rtagama. Sesuai dengan etimologi istilahnya, aturan-aturan pembaitan atau metrum kakawin merupakan adaptasi metrum kawya (puisi India). Para kawi ‘penyair’ (Jawa kuno) memiliki sanggit ‘kreativitas’ untuk mengembangkan kakawin sebagai tradisi. Aturan metrum tersebut berupa 1) jumlah suku kata tiap baris yang cenderung sam...

Gambaran Politik, Ideologi, dan Kekerasan Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer

Gambaran Politik, Ideologi, dan Kekerasan Drama Mangir Karya Pramoedya Ananata Toer Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan gambaran politik, ideologi, dan kekerasan drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Drama politik, umumnya memainkan peranan utama dalam karya sastra, karya sastra tanpa politik seakan terasa “mentah.” Dalam bentuk yang ideal, drama politik berisi ketegangan internal, yaitu ketegangan perilaku dan perasaan seorang tokoh, di samping itu harus mengisyaratkan ideologi modern. Ideologi umumnya bersifat abstrak dalam pikiran tokoh. Konflik dan kekerasan dalam drama Mangir mampu memikat pembaca, karena drama itulah politik dan ideologi ditampilkan sekaligus dipertahankan, serta gagasan tentang keterlibatan sastra dan pengarangnya juga merupakan alegori yang ironis, yang dimaksudkan sebagai sindiran terhadap konflik antarpenguasa. The research aims to describe the illustration of politic, ideology, and strife o...

ESTETIKA RESEPSI PUISI NYONGKOK DI BUCU KARYA I NYOMAN MANDA

Abstraks Objek penelitian ini adalah berkenaan dengan sarana estetik karya sastra yang dinilai mampu memberi gugahan emosional sehingga bisa menghasilkan efek katarsis pada pembaca. Apakah pikiran-pikiran yang dikemukakan pengarang (penyair) itu berharga atau tidak, pembaca tetap tidak tahu. Apakah puisi-puisi yang dipaparkan itu mencapai nilai sastra, pembaca tidak tahu mencoba memahami sekadarnya. Akan tetapi, membaca sebauah puisi adalah sebuah proses kreatif—bahwa pembacalah yang memberi makna, sudah tentu dalam rangka kemungkinan interpretasi yang diberikan oleh kata-kata karya sastra itu sediri. Contoh analisis yang memperlihatkan sistem konvensi bahasa, budaya atau sastra dapat memengaruhi interpretasi pembaca terhadap puisi Nyongkok di Bucu karya I Nyoman Manda menarik untuk dikaji. Konvensi yang sangat penting dalam puisi modern, terungkap pada puisi “Nyongkok di Bucu”, tetapi pembaca merasa kesulitan untuk memaknainya. Dalam penafsiran itu sebenarnya ada pertentangan yang leb...